6 Kasus tewas karena penganiayaan ospek
Ajang unjuk senioritas lewat Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau Ospek masih membudaya di Indonesia. Padahal tak jarang akibat ajang ini banyak nyawa melayang sia-sia.
Meski berkilah sebagai cara pengenalan menempa mental, tetapi pada praktiknya banyak para senior yang malah sengaja menyiksa juniornya. Meski tak mengetahui keadaan para junior ini, senior tetap memaksa junior untuk push-up, lari atau memukuli junior sehingga banyak junior ini tumbang dan akhirnya meregang nyawa.
Jika sudah begini, kebanyakan para senior tidak mengaku kalau mereka melakukan penganiayaan tetapi menuding si junior tidak dalam kondisi siap untuk diospek.
Berikut adalah lima contoh kasus penganiayaan dalam ospek:
1. Mahasiswa Unhas tewas
Awaluddin (19) mahasiswa Universitas Hasanuddin jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Wahidin Sudiro Husodo. Korban menderita sakit usai mengikuti ospek di kampusnya selama dua hari berturut-turut.
Dari keterangan keluarga korban, Awaluddin langsung terkapar di kamarnya setelah mengikuti ospek tersebut. Awaluddin pun langsung dibawa ke rumah sakit namun nyawanya sudah tidak tertolong. Di rumah sakit itu juga baru diketahui ada luka lebam, dan lecet di sekujur tubuhnya.
Keluarga menduga korban meninggal akibat kekerasan saat mengikuti ospek. Pasalnya, sebelum mengikuti ospek di kampusnya dia dalam kondisi sehat dan tidak menderita satu penyakit yang serius.
"Kalau memang dengan autopsi penyebabnya bisa diketahui ya kami akan melakukannya. Keluarga besar telah sepakat untuk itu," kata Andri keluarga korban Minggu (9/10).
2. Mahasiswa ITB tewas di Gunung Batu
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung, jurusan Dwi Yanto (22) tewas saat mengikuti kegiatan ospek mahasiswa baru pada 2009. Dwi Yanto tewas di Gunung Batu Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang.
"Korban meninggal saat sedang latihan giat Ospek mahasiswa baru ITB," ujar Kapolwil Priangan Kombes Pol Anton Charlian, pada Februari 2009 silam.
Celakanya ospek yang dilaksanakan Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB itu dinilai kampus sebagai ospek ilegal karena diselenggarakan di luar kampus.
"Jangankan sampai meninggalnya mahasiswa, diselenggarakannya kegiatan tersebut sudah ilegal," kata Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan ITB, Adang Surachman.
3. Mahasiswa IPDN tewas saat orientasi
Setelah sempat mereda, kasus penganiayaan di IPDN sempat mencuat kembali. Ini dipicu dari tewasnya Praja Sulawesi Utara bernama Jonoly Untayanadi (25). Praja ini menghembuskan napas terakhir saat mengikuti orientasi, Jumat (25/1).
Dari keterangan kerabat korban, Anton Jabarmase, Jonoly sebelumnya sering keluar masuk rumah sakit akibat disiksa para seniornya.
"Sebelum ini, dia (korban) juga pernah masuk rumah sakit karena disiksa. Orangtuanya ada di Tual, Maluku Tenggara. Bapaknya baru meninggal sebulan yang lalu," ujar Anton di kamar jenazah RS Malalayang, Manado (27/1).
Sementara itu, pihak IPDN mengatakan praja muda ini tewas akibat terperosok saat melewati kolam sedalam 2 meter.
4. Mahasiswa pencinta alam Widyatama tewas
Mahasiswa Universitas Widyatama di Bandung, Rido Rodjai (19) tewas dini hari tadi. Diduga korban tewas karena mengalami kekerasan saat mengikuti unit kegiatan mahasiswa pecinta alam di Rancaupas Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Mahasiswa baru jurusan Manajemen itu drop usai mengikuti kegiatan itu. Korban sempat dirawat selama satu pekan di Rumah Sakit Al-Islam Bandung sejak Senin (18/11) lalu. Rido mengalami luka di sekujur tubuhnya.
"Masuk rumah sakit Senin lalu pukul 02.00 WIB, ke Al Islam, Bandung. Pulang ospek itu Sabtu (16/11), lukanya babat-babat di badannya," kata kakak ipar Rido, Muhamad Fauzan (25), di lokasi Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cibangkong Bandung, Senin (25/11).
Fauzan menyebut senior Rido melakukan kekerasan. "Dia push-up hingga 200 kali di sungai sampai pingsan dan kebawa arus, bahkan satu hari itu cuma dikasih makan satu kali," ungkapnya.
Rabu (20/11) lalu Rido teridentifikasi mengalami luka dalam yakni jantung dan lambung yang bocor. "Itu diketahui ketika sudah dirontgen, akhirnya Rido diharuskan dioperasi, asam racunnya nyebar," terangnya.
5. Siswi SMK di Bantul tewas sehabis scoot jump
Peristiwa tragis juga menimpa Anindya Ayu Puspita, siswi SMK 1 Pandak, Bantul terjadi saat Anindya mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS) di sekolahnya. Anindya kedapatan tidak membawa sepatu olahraga saat seniornya melakukan pengecekan.
Alhasil Anindya diperintahkan untuk scoot jump sebanyak 10 kali. Tidak kuat, Anindya kemudian tumbang dan tak sadarkan diri.
"Setelah pingsan langsung dilarikan ke sini [RS PKU Muhammadiyah Bantul], kata guru olahraga SMK 1 Pandak Edi Sutoro (19/7/12). Nyawa Anindya kemudian tidak tertolong.
6. Mahasiswa ITN yang Tewas Saat Ospek Disiksa Senior karena Membuang Nasi
Polres Malang memeriksa Paulus Maryono, penjaga keamanan Pantai Goa Cina, Sabtu (14/12/2013) malam, terkait kematian Fikri Dolasmantya Surya (19), mahasiswa ITN Malang saat mengikuti Kemah Bakti Desa (KBD), Sabtu (12/10/2013) lalu. Sehari sebelumnya, Paulus juga diperiksa di Polsek Sumbermanjing Wetan.
"Pertanyaannya di polres lebih mendalam dibanding di polsek, dan diulang-ulang, terutama mengenai jarak saya dan pemukulan Fikri. Ya, saya jawab apa adanya," jelas Maryono, Minggu (15/12/2013).
Menurut Maryono, saat itu Kamis (10/12/2013) pagi, ia berdiri sekitar dua meter dari tempat Fikri dihajar tiga orang di dekat toilet. Maryono melihat, seusai dibanting, tubuh Fikri ditendang. Saat korban tertelungkup, tubuhnya kembali ditendang kanan kiri hingga kena rusuknya. Namun siapa penendangnya, Maryono mengaku tidak kenal.
Satu-satunya orang yang dikenal di dekat situ adalah Natalia Damayanti, panitia seksi acara. Maryono mengaku bertanya ke Natalia soal penyiksaan tersebut. Saat itu, kata Maryono, Natalia menjawab bahwa Fikri membuang nasi. Tapi ia tak tahu, nasi apa dan alasan apa nasi itu dibuang. Menurutnya, untuk kebutuhan makanan mahasiswa ITN, panitia memesan katering ke Enggar, Ketua Pokwasmas Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan.
Ketika ada kawannya mengabari kematian Fikri, Maryono berusaha mencari tahu. Tapi sepertinya info tersebut disimpan rapat. Sabtu itu juga, kegiatan dibubarkan padahal seharusnya ditutup Minggu (13/10/2013).
Maryono beranggapan, penanganan kasus saat itu terlalu lambat karena telah terjadi dua bulan yang lalu. "Saya kira, saat itu polisi bisa mencari informasi ke masyarakat. Banyak kok saksi kunci di masyarakat yang bisa dimintai keterangannya," komentarnya.
Kasubag Humas Polres Malang, AKP Ni Nyoman Sri Efliandani menyatakan, sebanyak 112 mahasiswa baru jurusan Planologi yang mengikuti KBD akan diperiksa penyidik di kampus ITN Malang, Senin (16/12/2013). "Pemeriksaan ini agar bisa mendapatkan informasi lebih mendalam," jelas Ni Nyoman.
Misteri Ospek Maut
investigasi
,
modus operandi
,
pendidikan
,
reportase
,
telisik
,
telusur
Edit
0 komentar :
Post a Comment