Hamil Akibat Seks Anal? Nyaris Mustahil, Tapi Beginilah Faktanya
Jakarta, Kehamilan akibat seks anal bisa dibilang nyaris mustahil. Namun dalam sebuah kasus, seorang perempuan di Amerika Serikat mengalaminya. Bisakah orang lain mengalaminya juga?
Adalah Brian Steixner, seorang dokter urologi di Atlantic City, New Jersey yang mengungkap kasus tersebut beberapa waktu yang lalu. Salah seorang pasien perempuan yang ditanganinya mengaku berhubungan seks melalui dubur, lalu hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ia hamil.
Diberitakan detikHealth sebelumnya, pasien tersebut mengalami kelainan langka yang disebut cloacal malformation. Kelainan tersebut membuat pasien tidak punya kelamin yang sempurna. Liang sanggama, saluran kemih, dan anus, berkumpul menjadi satu lubang seperti pada bangsa burung.
Pada kasus lain, 'kehamilan' usai berhubungan seks melalui dubur dialami oleh seorang laki-laki homoseks. Tentu saja bukan kehamilan yang sesungguhnya, melainkan delusi bahwa dirinya hamil akibat seks anal. Walau begitu, kasus ini menarik perhatian para dokter karena berbeda dengan 'sympatetic pregnancy' atau 'couvade syndrome' yang kerap dijumpai pada calon ayah saat istrinya mengandung.
Delusi yang dialami pasien tersebut berkurang setelah mendapatkan konseling dan pengobatan. Dilaporkan, pasien juga telah menghentikan aktivitas homoseksualnya. Perlahan, ia mulai melupakan delusi bahwa dirinya hamil.
Lalu dalam kondisi normal, mungkinkah kehamilan terjadi melalui seks anal? Secara teori bisa dikatakan nyaris mustahil karena dubur adalah ujung dari saluran pencernaan. Artinya, sperma yang masuk melalui dubur tidak secara langsung bisa menembus usus dan mencapai sel telur.
Namun sekecil apapun, kemungkinan selalu ada. Lokasi dubur dan bagian ujung saluran reproduksi sangat berdekatan, sehingga tumpahan sperma bisa saja berpindah tempat. Jika sperma cukup kuat bertahan dan bergerak dalam kondisi seperti itu, maka bukan tidak mungkin pembuahan akan terjadi.
Satu catatan lagi, seks anal termasuk sebagai salah satu perilaku seks yang paling berisiko. Melakukannya tanpa pengaman punya kemungkinan lebih besar untuk menularkan infeksi seksual, dibandingkan dengan perilaku seks lainnya.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment