Menguak Tarian Roh Bidadari Pemikat Cinta Berdarah
Laesan, merupakan salah satu kesenian rakyat Lasem, Rembang, Jawa Tengah yang telah berabad-abad hadir di tengah masyarakat.
Kesenian ini merupakan kesenian tradisional berbentuk perpaduan antara tari dan musik-musik tetabuhan mengiringi lantunan tembang-tembang beraroma mistis.
Kesenian ini sekaligus menjadi hiburan rakyat. Tumbuh dengan segala macam kontroversinya yang tak putus sampai sekarang.
Tak ada yang tahu pasti kapan kesenian ini lahir. Beberapa pendapat mengatakan kesenian ini sudah ada sejak zaman Majapahit. Tepatnya pada masa pemerintahan Bhre Lasem I (Rajasaduhitendu Dewi) yang memimpin nagari Lasem.
Versi lain menyebutkan kesenian ini muncul tak lama setelah Majapahit runtuh, tepatnya pada masa-masa penyebaran agama Islam di Lasem. Barangkali versi yang terakhir ini yang lebih dekat, karena kuatnya syair-syair keislaman dan dekatnya bentuk pertunjukan Laesan dengan Sintren.
Kesenian Laesan secara bentuk memiliki kemiripan dengan Sintren (Indramayu – Cirebon), terutama spirit bidadari yang merasuki penari. Karena kemiripan itulah banyak yang mengatakan bahwa Laesan adalah kepanjangan dari Sintren. Akan tetapi banyak pula yang menyangsikannya.
Hal utama yang paling membedakan antara Sintren dan Laesan adalah penari utama.
Laesan haruslah seorang laki-laki yang disebut Lais. Termasuk pengrawit, penembang, cantrik dan pawang Laesan, semuanya adalah laki-laki. Sedangkan Sintren penarinya harus perempuan.
Mitos yang beredar dalam kelompok kesenian tradisi Laesan di Lasem, tarian ini memang tidak diperkenankan wanita menjadi penari utama atau Lais. Sekalipun indang atau semangat yang merasuki adalah bidadari.
Konon, jika ditarikan oleh seorang wanita, maka akan memicu cinta segitiga yang berujung pada kematian berdarah.
Karena itu, yang paling mencolok untuk membedakan adalah jika kesenian ini dimainkan oleh perempuan maka disebut Sintren dan jika dimainkan laki-laki dinamakan Laesan.
Mitos Kuno
Yon Suprayoga, pemimpin kelompok Laesan Lasem menuturkan bahwa pernah suatu masa, (tahun 1940an atau sebelum Jepang masuk ke Indonesia), di Lasem, tepatnya di Desa Tulis Lasem, ada seorang wanita yang berkeinginan untuk menjadi penari utama Laesan.
Bahkan sampai meminta izin kepada para sesepuh Laesan pada masa itu. Karena terus dipaksa dan tidak bisa menolak, akhirnya wanita tersebut diizinkan menjadi Lais.
"Tetapi hal di luar dugaan tiba-tiba terjadi. Ketika wanita tersebut beraksi menjadi penari Laesan, ada dua orang penonton yang tiba-tiba jatuh hati melihat kecantikan dan keanggunannya saat menari. Wanita ini di kemudian hari terjebak pada cinta segitiga yang akhirnya membuat wanita ini terbunuh," ujar Yon ketika ditemui di rumahnya di desa Soditan, Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Peristiwa ini dianggap sebagai salah satu kisah yang menguatkan mitos bahwa Laesan memang haruslah dimainkan oleh laki-laki.
"Perempuan diperkenankan untuk menonton atau membantu pertunjukan, asalkan tidak menjadi Lais atau penari utama. Selain itu juga agar menjaga unsur-unsur sensualiatas yang dapat saja berpengaruh buruk," tutur Yon.
Secara morfologis, tafsir nama Laesan berasal dari kata lalis yang berarti hilang atau mati dan memperoleh akhiran 'an'. Sehingga dapat diartikan seolah-olah mati. Karena logat masyarakat sekitar, lama kelamaan berubah menjadi Laesan.
Yon mengatakan laesan atau laisan berasal dari kata laisun dalam bahasa Arab dan memiliki makna yang berarti hampa, hening atau kosong. Yang mana, sang lais saat dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang ditutup kain putih dan dipenuhi asap kemenyan, harus dapat mencapai titik keheningan atau kehampaan dalam batinnya untuk dapat sampai pada trance (kesurupan).
Sampai pada titik kesadaran di mana lais diliputi perasaan hening, dalam keadaan trance inilah lais akan menari. Beberapa orang mengatakan dirasuki indang atau roh bidadari. Mengikuti tetabuhan dan tembang dengan gerakan yang cenderung monoton, namun gemulai seperti wanita.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment