Prostitusi di Negeri Tulip
AMSTERDAM – Di balik gemerlapnya kenikmatan wisata di “Negeri van Oranje” – Belanda, terdapat sisi lain soal wisata dalam tanda kutip yang ilegal di negara lain, tapi dilegalkan di Belanda, yakni narkoba jenis mariyuana dan wisata seks di sejumlah “Red-Light District”.
Ya, di Negeri Tulip dua hal itu dilegalkan. Sejumlah lokalisasi punya caranya sendiri-sendiri untuk menarik perhatian pengunjung, seperti menyediakan jendela-jendela kaca dengan manekin “hidup” nan molek di dalamnya.
Soal maraknya lokasi prostitusi di Belanda, semuanya berawal dari “toleransi” warganya sendiri sejak abad pertengahan (abad kelima sampai abad 15).
Toleransi semacam itu bahkan diperkuat dengan Dekrit Pemerintah Kota Amsterdam yang dirilis tahun 1413 silam yang berbunyi:
“Karena pekerja seks komersial (PSK) dibutuhkan di kota-kota besar dan terutama kota-kota perdagangan seperti kota kami, akan lebih baik kami memiliki wanita seperti ini (PSK) dan juga karena gereja mentolelir PSK dengan alasan yang baik. Oleh karena itu, pengadilan dan sheriff Amsterdam tidak akan melarang siapapun mendirikan rumah bordil,”.
Aturan itu pun masih berlaku hingga kini. Adapun lokalisasi terbesar dan tertua di Amsterdam, terdapat di kawasan “De Wallen”.
Di kawasan ini setidaknya terdapat 300 kabin yang bisa disewa dengan banderol yang sesuai penetapan negosiasi penyedia dan pengguna pelayanan ‘esek-esek’.
Di kawasan ini juga terdapat toko-toko yang menjual alat-alat bantu seks, teater seks, museum seks, museum ganja, hingga sejumlah kedai kopi yang menjajakan ganja.
Selain De Wallen, lokasi prostitusi ternama di Amsterdam juga terdapat di area Singel dan De Pijp. Sementara di Kota Eindhoven ada di Baekelandplein dan di Kota Alkmaar berlokasi di Achterdam.
Akan tetapi, Belanda sejak 2008 hingga saat ini, sudah mengurangi sekira 320 lokasi prostitusi, terutama di Kota Belanda lantaran muncul sejumlah tindak kriminal.
“Bukannya kami ingin menghilangkan distrik pelacuran. Kami ingin menguranginya. Banyak hal yang tak seimbang sudah terjadi dan jika kami tak bertindak, maka kami tak bisa mengontrolnya,” terang Wali Kota Amsterdam saat itu, Job Cohen.
Hal senada juga diamini mantan PSK yang beralih kehidupan menjadi politisi di Amsterdam, Metje Blaak. “Banyak orang yang bangga terhadap distrik pelacuran sebagai daya tarik wisatawan,” timpal Metje.
“Distrik pelacuran semestinya menjadi tempat yang menyenangkan dan menunjukkan betapa bebasnya kota kami. Tapi saya berpikir tentang dampak negatifnya. Terjadi banyak tindak kriminal yang serius seperti eksploitasi wanita. Hal itulah yang tak harus dibanggakan,” tandasnya.
Rahasia Terlarang Toleransi Esek Esek
cara
,
internasional
,
lokalisasi
,
panti pijat
,
pelacuran
,
prostitusi
,
seks
,
sex
,
tips
,
travel
,
underground
Edit
0 komentar :
Post a Comment