Rahasia Terlarang Bully Membully

Dibully Saat Remaja Tingkatkan Risiko Masalah Kesehatan Saat Dewasa

Jakarta, Efek negatif bullying tidak hanya mengganggu mental dan kesehatan jiwa seseorang. Studi terbaru dari Kanada mengungkap bullying juga bisa memunculkan masalah kesehatan fisik.

Penelitian yang dilakukan oleh Alanna D Hager dari Metropolitan State University, Denver, mengatakan bullying merugikan kedua belah pihak dari sisi emosional dan maupun fisik. Mereka yang dibully lebih sering mengalami sakit kepala, pusing, nyeri punggung hingga insomnia dan kegemukan.

"Masalah kesehatan, baik itu kesehatan mental seperti depresi, ansietas, maupun masalah kesehatan fisik seperti obesitas dan sakit-sakit menghantui mereka yang menjadi korban bullying," tutur Hager, dikutip dari Reuters.

Penelitian yang diterbitkan di Journal of Adolescent Health ini dilakukan pada 662 remaja berusia 12 hingga 19 tahun. Para remaja dipantau selama 10 tahun hingga mereka dewasa lalu dicek kondisi kesehatannya.

Hasilnya, wanita yang saat remaja dibully memiliki kecenderungan untuk lebih gemuk dan memiliki citra tubuh yang buruk. Sementara pria lebih sering mengalami sakit kepala, nyeri punggung dan rasa rendah diri.

Oleh karena itu Hager mengatakan bullying yang terjadi pada saat remaja tidak bisa remehkan. Remaja sangat sensitif terhadap lingkungan sosialnya, yang akhirnya dapat membekas hingga mereka dewasa.

"Waktu yang tepat untuk mencegah bullying adalah ketika remaja. Jangan tunggu hingga mereka dewasa dan melupakannya, sebab hal tersebut tak mungkin terjadi," pungkasnya.

Pelaku Maupun Korban Bullying Sama-sama Berisiko Alami Masalah Mental

Jakarta, Bullying disebut peneliti dari Finlandia adalah fenomena yang harus dihilangkan, terutama pada anak-anak, untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan mental di kemudian hari. Analisis data yang dilakukan pada sekitar 5.000 anak menunjukkan bahwa bullying bisa meningkatkan risiko penyakit seperti skizofrenia hingga dua kali lipat.

Disebutkan dalam studi yang telah dipublikasi di jurnal JAMA Psychiatry bahwa anak mulai umur 8 tahun yang terlibat bullying akan lebih sering membutuhkan konseling untuk masalah psikiatri saat dirinya dewasa.

"Saya pikir ini adalah temuan yang penting untuk dihadapi secara serius," ujar pemimpin studi Dr Andre Sourander dari University of Turku seperti dikutip dari Reuters.

Lewat survei diketahui dari 5.000 anak yang terlibat dalam studi 90 persen tak pernah terlibat bullying, 3 persen pelaku bullying, 5 persen korban, dan 2 persen sisanya merupakan korban sekaligus pelaku. Ketika anak-anak tersebut beranjak dewasa 16-29 tahun peneliti menemukan dibandingkan yang tak pernah terlibat, korban bullying berisiko 1,9 kali membutuhkan layanan psikiatri sementara mereka yang juga korban sekaligus pelaku bullying berisiko 2,1 kali lipat.

Peneliti mengatakan kebanyakan anak dalam studi adalah laki-laki yang memang sudah punya tanda-tanda gejala di umur 8 tahun. Oleh sebab itu ketika mereka terlibat perilaku bullying, maka ini adalah tanda bahaya yang harus disikapi oleh orang tua dengan segera.

Sourander mengatakan mengapa bullying dan masalah kesehatan mental berhubungan kemungkinan karena hal tersebut adalah sesuatu yang traumatis.

"Kita perlu mempelajari betapa pentingnya lingkungan pertemanan dan pengalaman sekolah untuk anak-anak. Kita harus mengintegrasikan perspektif kesehatan mental sekolah untuk kampanye anti bullying. Intervensi dini dapat mencegah konsekuensi jangka panjang," pungkas Sourander.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :