Geliat Prostitusi Kamboja yang Diramaikan PSK Impor
Prostitusi di Kamboja
DARI berakhirnya konflik berdarah beberapa dekade silam, perlahan Kamboja mulai membangun situasi politik dan kemasyarakatan yang lebih baik. Pariwisata dan budaya jadi salah satu modal negara kerajaan ini, termasuk eksis dan tumbuhnya wisata seks.
Perdagangan seks, sedianya sudah muncul di Kamboja sejak berabad-abad lalu. Seks bahkan acap jadi bahan transaksi kebutuhan hidup sehari-hari. Tapi di saat Kamboja “digoyang” konflik Khmer Merah (1975-1979), prostitusi di Kamboja jadi hal yang diharamkan.
Para militan komunis Khmer Merah bahkan dengan tega mengeksekusi para pekerja seks komersial (PSK) yang ketahuan menjajakan diri.
Namun ketika situasi mulai pulih, prostitusi mulai kembali marak, terlebih sejak kedatangan para personel pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tak cukup bicara sejarah, tentu tak lengkap jika tak pula mengulas geliat bisnis ‘esek-esek’ Kamboja sekarang ini. Prostitusi itu sendiri sebenarnya dilarang oleh pemerintah Kamboja. Namun bisnis seks di sejumlah kawasan Kamboja jadi hal yang dimaklumkan masyarakatnya sendiri.
Terkait red-light district atau lokalisasi, sedianya Kamboja tak diketahui memiliki lokalisasi yang terpusat. Tapi yang pasti, sejumlah bisnis seks sebagai daya tarik wisatawan, terhampar di berbaga area Ibu Kota, Pnom Penh.
Mulai dari rumah bordil terselubung, PSK jalanan, bar-bar striptis, hingga layanan pijat ‘plus-plus’. Salah satu kawasan yang paling dikenal terkait wisata seks, berlokasi di Svay Pak. Sebuah areal di Distrik Russey Keo. Lokalisasi ini juga acap dikenal dengan sebutan Kilometer 11 atau K11.
Di Svay Pak ini, para PSK yang menjajakan diri tidaklah didominasi PSK asli Kamboja, melainkan “diimpor” dari negara tetangga, Vietnam. Mereka biasa menjajakan diri dengan pelayanan seks dengan sejumlah gubuk yang sudah disediakan.
Selain di Svay Pak, wisata seks di bar-bar Pnom Penh juga “gemerlapan” di pinggir Sungai Mekong, seperti di Jalan 51, 102, 118, 130 dan 136. Berjalan lebih jauh, para penjaja layanan birahi lainnya juga bisa ditemukan dekat Mal Golden Sorya, hingga area Wat Phom dekat Sungai Promenade.
Bar-bar itu buka hampir 24 jam dan menyediakan para penari telanjang yang bisa disewa untuk layanan seksual, baik di malam hari maupun siang ‘bolong’.
Tapi para PSK jalanan di area itu, biasanya baru muncul di atas jam 11 malam. Mereka ini biasanya para PSK freelance, alias tak terikat bar maupun rumah bordil manapun.
Akan tetapi, pemerintah Kamboja terus menghadapi pekerjaan rumah (PR) yang seakan tiada habisnya. Problem itu tak lepas dari kasus-kasus perdagangan anak. Angka prostitusi sampai kasus pemerkosaan terbilang sangat tinggi.
Di Svay Pak sendiri, dikenal sebagai area yang ramai mempekerjakan PSK anak, baik yang berasal dari Kamboja sendiri, hingga PSK anak asal Vietnam. Bahkan di beberapa bar dan rumah bordil, ditemukan PSK anak yang masih berusia lima tahun!
Biasanya para PSK anak itu diburu para mucikari dari keluarga yang kurang mampu. Dengan dalih akan diberikan pekerjaan pelayan restoran, anak-anak itu malah dijadikan budak.
Derita PSK anak diperparah dengan penyekapan, terutama yang masih “perawan”, untuk kemudian dilelang kepada para pelanggan “VIP” (Very Important Person) macam perwira tinggi militer, politisi, pebisnis, hingga wisatawan asing nan kaya.
Para PSK anak itu diperbudak tanpa menerima bayaran apapun dan hanya diberi makanan yang terbilang memprihatinkan. Tak jarang, PSK anak juga turut jadi korban kekerasan fisik.
Rahasia Terlarang Esek Esek Impor
cara
,
lokalisasi
,
panti pijat
,
pelacuran
,
prostitusi
,
seks
,
sex
,
tips
,
travel
,
underground
Edit
0 komentar :
Post a Comment