Bukan Cari Jodoh, Politikus Muda Ini Pakai Tinder untuk Kumpulkan Dukungan
Jakarta - Tinder selama ini dikenal sebagai aplikasi untuk mencari jodoh. Namun oleh politikus asal Hawaii ini, dia memanfaatkan Tinder untuk tujuan politiknya. Dia menjadi anggota Tinder untuk menggalang dukungan.
Greggor Ilagan, demikian nama politikus asal Hawaiii itu. Pria 29 tahun tersebut meminta bantuan orang-orang di Tinder untuk meloloskannya menjadi anggota senat Amerika Serikat.
"Hey you! Help me make a positive difference in our community. Swipe right and let's talk," demikian Greggor menulis di profile Tinder-nya. Dia juga menuliskan lagi bahwa tahun ini dia maju ke pencalonan angora senat Amerika Serikat mewakili negara bagian Hawaii.
" I bet we can find common ground on issues and make a positive impact around us. Swipe right and let's get to know each other," tulis Greggor lagi di profilnya seperti dikutip Huffington Post dari Honolulu Civil Beat.
Politikus itu meminta penggunna Tinder untuk swipe ke kanan yang artinya menyukainya. Bagi Anda yang belum tahu apa itu Tinder, aplikasi ini memudahkan penggunanya memilih calon pasangan yang sesuai dengan kriteria berdasarkan foto dan usia yang terpampang. Untuk melihat tumpukan foto-foto tersebut, Anda diberikan dua pilihan tombol yang bergambar hati dan tanda silang. Jika Anda tidak menyukai foto lawan jenis yang mucul, cukup dengan menekan tombol silang. Apabila Anda merasa tertarik dan ingin mengenal lawan jenis melalui foto yang ditampilkan, tekanlah tombol hati.
Jika Anda menggunakan ponsel layar sentuh, cukup dengan menggeser tampilan layar ke arah kiri untuk menyatakan tidak suka, maka foto baru pun akan muncul. Dan sebaliknya, geser layar ponsel ke arah kanan sebagai tanda bahwa Anda tertarik dengannya.
Greggor akan mengajak orang-orang yang 'match' atau 'jodoh' dengannya untuk langsung bertemu muka. Dia berharap bisa menjelaskan visi dan misinya secara langsung pada pengguna Tinder tersebut sehingga nantinya orang itu akan memilihnya sebagai senator.
Trik Greggor untuk mendapatkan dukungan ini yang dikiranya inovatif, ternyata tak efektif untuk kegiatan kampanyenya. Alasannya pertama karena dia menuliskan di pengaturan aplikasi tersebut tertarik untuk berhubungan dengan pria maupun wanita. Dan kedua, setelah mendaftar Tinder, yang tertarik padanya sebagian besar adalah pria.
"Karena Tinder adalah aplikasi jodoh, ada banyak sekali pria yang menyukaiku. Dan pada akhirnya aku selalu mengembalikan mereka ke fokus utamaku (kampanye-red)," ujar Greggor.
Saat para pria di Tinder itu mengajaknya bertemu langsung untuk kencan, Greggor akan langsung mengatakan pada mereka tujuan utamanya menjadi anggota aplikasi jodoh tersebut. "Aku bilang, kita bisa bertemu dan mengobrol tentang pemerintahan dan mungkin kamu bisa membantu kampanyeku," tuturnya.
Greggor kini telah meninggalkan kampanye di Tinder ini karena memang dirasanya tidak efektif. Dia memilih fokus kampanye di media sosial seperti Instagram, Facebook dan Linkedln.
"Sekarang aku tahu kenapa tidak ada yang kampanye di sana (Tinder). Tinder benar-benar lingkungan yang berbeda. Aku sudah belajar banyak," katanya.
0 komentar :
Post a Comment