Prostitusi India adalah Sumber Pendapatan Keluarga
Ilustrasi
DI SAMPING pertumbuhan ekonomi India yang belakangan dikabarkan mengalami pertumbuhan pesat, tersimpan kisah pahit. Warga Negeri Bollywood masih hidup di bawah budaya patriarki, yang menomorduakan perempuan dan mengucilkan peranan mereka.
Tidak sedikit dari mereka terasingkan dari kehidupan modern, kurang pendidikan dan tertinggal di belakang. Sulit dipercaya rasanya, bahwa menjadi tradisi bagi keluarga di India untuk menumbalkan putri-putri mereka menjadi pelacur pada masa puber. Semata demi menambah penghasilan keluarga.
Prostitusi adalah salah satu profesi tertua di dunia. DI India, orang mengenal Kamasutra, teks Hindu India yang secara luas dipahami sebagai standard, pedoman serta tata cara, perilaku seksual manusia dalam literasi Sansekerta yang ditulis Vatsyayana.
Kehidupan seksual sendiri berlangsung sejak zaman raja-raja, yang menyimpan banyak selir dan gundik di istana. Namun seiring berjalannya waktu, profesi ini mengalami banyak transformasi. Di beberapa daerah, prostitusi masih dianggap sebagai sumber utama pendapatan keluarga, dalam kedok tradisi sosial yang berbau takhayul.
Sebagian besar wanita, yang memilih profesi ini, secara sukarela maupun dipaksa, baik yang berasal dari latar belakang ekonomi dan keuangan yang buruk atau mereka yang diseret ke profesi ini karena tradisi kuno, semua bertujuan untuk menyokong penghidupan seluruh anggota keluarganya.
Berikut ini adalah empat daerah di India, di mana praktik profesi gelap ini sudah menjadi rahasia umum. Keluarga sendiri tidak merasa malu untuk menceritakan fakta bahwa putri mereka, atau ada kerabatnya yang menjalani profesi ini. Sebagaimana dilansir dari One India.
Desa Natpurwa, Uttar Pradesh
Natpurwa adalah desa di distrik Hardoi, timur Uttar Pradesh, 70 kilometer dari Lucknow. Pedesaan yang masih ketat menerapkan sistem kasta di India. Anehnya, di desa ini, anak-anak tidak menyadari tentang nama nenek moyang mereka dan mereka tinggal bersama ibu mereka. Dengan kata lain, mereka tidak memiliki nama keluarga.
Mengejutkan memang, norma aneh ini telah eksis sejak 400 tahun lalu. Menurut sensus penduduk tahun 2015, sekira 5.000 orang tinggal di desa ini. Lebih dari 70 persennya adalah perempuan muda. Selama bertahun-tahun, perempuan dari desa ini telah bermigrasi ke kota-kota seperti Delhi, Mumbai, Kolkata dan beberapa bahkan telah bergeser ke Dubai.
Suku Bachara, Madhya Pradesh
Bachara adalah komunitas suku matriarkal yang berlokasi di bagian barat Madhya Pradesh. Perlu diketahui, perempuan di sini dikenal sebagai keturunan pelacur kerajaan. Di sini, anak-anak perempuan dipaksa menjadi pelacur oleh ayah dan saudara mereka sendiri.
Tanggung jawab untuk menunjuk anak perempuan yang akan terjun ke industri kepuasan ini berada di tangan anak perempuan tertua. Sebagian besar keluarga di Desa Madhya Pradesh memiliki ruang khusus di rumah-rumah mereka untuk melanjutkan profesi asusila ini.
Desa Wadia, Gujarat
Desa di Gujarat, India ini juga dikenal sebagai desa pekerja seks. Desa Wadia tepatnya terletak di Tharad, Distrik Banaskantha, utara Gujarat, dekat perbatasan Rajasthan.
Selama lebih dari 80 tahun terakhir, penduduk perempuan di kawasan ini terkenal akan praktik mucikarinya. Para pria bukannya menjaga dan melindungi saudara atau anak perempuannya, malah mencarikan pelanggan untuk mereka. Para pria juga yang berperan penting sebagai negosiator ulung, menentukan tarif layanannya.
Desa kecil ini dihuni oleh suku nomaden yang disebut Saraniyas. Gadis-gadis di sini dipersiapkan untuk menjadi pelacur pada usia dini dan anak laki-laki dilatih untuk menjadi mucikari.
Ironis memang, meski banyak warga dari desa terdekat beramai-ramai menentang tradisi ini. Sungguh disayangkan, pola pemikiran dan rendahnya pendidikan, membuat tradisi tercela itu sulit dihapuskan.
Devadasis di Karnataka
Keperawanan gadis dilelang kepada orang-orang kasta atas di wilayah Devadasi, Distrik Koppal, Karnataka. Jika sudah sepakat, maka gadis-gadis tersebut akan diboyong ke rumah pembelinya dan menghabiskan sisa hidup mereka sebagai pelacur.
Masyarakat Devadasis memuja Dewi Hindu Yellamma. Nama Devadasis sendiri secara harfiah berarti hamba Allah. Menurut keyakinan yang dianut di sana, anak-anak perempuan akan menikah dengan Dewi Yelamma, setelah itu mereka mendedikasikan hidup mereka dalam nama agama.
Selain Karnataka, sistem Devadasi juga diteruskan di Maharashtra, Andhra Pradesh dan Tamil Nadu. Pada tahun 1982, sistem pelelangan gadis khas Devadasi sudah dilarang. Faktanya, praktik itu masih marak dilakukan.
Daerah terkemuka lainnya, di mana prostitusi adalah profesi yang diterima secara luas di Negeri Anak Benua, antara lain di Sonagachi, daerah lokalisasi di Kolkata, Kamathipura di Mumbai, Budhwar Peth di Pune, Itwari di Nagpur, Ganga Jamuna di Nagpur, Meerganj di Allahabad, Shivdaspur di Varanasi, Chaturbhuj Sthan di Muzaffarpur dan GB Jalan di Delhi.
Disitat dari Maps of India, jumlah pekerja seks komersil di India mencapai 3 juta jiwa. Bisnis romansa sekejap ini sebenarnya masih ilegal di negeri berpenduduk 1,3 miliar. Hukum mendasar mengenai status PSK diatur dalam UU Pemberantasan Tindak Asusila dan SITA yang disahkan pada tahun 1956.
Hukum ini menyatakan bahwa pelacur diizinkan untuk menjajakan dirinya dalam ruang privat, tetapi dilarang melaksanakan bisnis mereka di tempat terbuka. Dalam aturan yang berlaku, seks di India tidak memandang pertukaran uang atau transaksi kepuasan sebagai prostitusi.
Sesuai undang-undangnya, klien dapat ditangkap jika mereka menikmati setiap aktivitas seksual di muka umum. Meskipun pembayaran diperbolehkan pada kapasitas individu, seorang wanita tidak dapat melakukannya dalam lingkup 200 yard atau 182,88 meter dari tempat umum.
Prostitusi memang tidak termasuk sebagai buruh yang sah. Namun, mereka memiliki semua hak yang akan dinikmati oleh warga negara dan berhak untuk diselamatkan dan direhabilitasi jika mereka ingin melakukannya.
Rahasia Terlarang Tempat Praktek Jurus Ngentot Kamasutra
cara
,
lokalisasi
,
panti pijat
,
pelacuran
,
pendidikan
,
prostitusi
,
seks
,
sex
,
tips
,
travel
,
underground
Edit
0 komentar :
Post a Comment