Rahasia Terlarang Tingkatan Seks Amoy

Tujuh Hirarki Prostitusi di China

 Ilustrasi

Prostitusi, sebuah pekerjaan yang dianggap haram, terlarang, namun seperti rumput yang tumbuh di tanah, dicabut berapa kalipun, bisnis akan terus tumbuh dan berkembang. Tidak berbeda keadaannya dengan di China, bisnis ini dianggap ilegal oleh undang-undang, namun tetap berkembang di Negeri Tirai Bambu tersebut.

China sendiri dikabarkan menjadi ‘rumah’ dari 1 juta ‘kupu-kupu malam’ yang mencari nafkah di Negeri Tirai Bambu ini. Bahkan banyak dari para PSK (Pekerja Seks Komersial) ini berasal dari luar China, dan sengaja masuk ke negara ini hanya untuk mencari nafkah di bisnis haram ini.

Namun, berbeda dengan negara lain, di China memiliki semacam tujuh kategori hirarki (tingkatan) yang termasuk ke dalam lingkup prostitusi.

1. Tingkatan Pertama (baoernai)

Para perempuan yang bertindak seperti istri kedua dari seseorang yang mempunyai harta dan tahta yang cukup berpengaruh, yang masuk ke dalam kategori ini adalah para pejabat pemerintah dan para wirausahawan.

Praktek baoernai termasuk ke dalam prostitusi, karena para perempuan ini terlibat dengan kegiatan di luar nikah, khusus dengan para pria yang mampu memberi mereka penghasilan ataupun akomodasi hidup (dianggap seperti membayar PSK atas jasanya).

Bahkan, praktek ini mulai masuk ke dalam ranah bisnis, ketika muncul di dunia maya situs yang bernama “College Concubine Agencies” (Jasa Gundik Mahasiswi), yang dimana situs ini akan menjadi perantara untuk mempertemukan pria hidung belang yang sedang mencari mahasiswi untuk dijadikan gundik .

2. Tingkatan Kedua (baopo)

Para perempuan yang khusus dibayar demi menemani klien dari kelas atas untuk beberapa waktu tertentu (seperti kawin kontrak), dengan contoh ketika klien tersebut melakukan perjalanan bisnis. Para perempuan ini juga akan berperan layaknya ‘istri’ dari kliennya, yang termasuk melayani kebutuhan seksual sang klien.

Kategori satu dan dua ini sering menjadi kontroversi di publik China, karena terkait dengan praktek korupsi yang dilakukan oleh para pejabat di pemerintahan. Para kelompok feminisme di China, Hong Kong dan Taiwan, secara aktif berusaha untuk menghilangkan bisnis ini.

Mereka menganggap bahwa praktek ‘gundik’ ini merusak kesucian pernikahan, karena hanya dilakukan demi ekonomi dan kepuasan sesaat tanpa terikat janji suci yang sebenarnya.

3. Tingkat Ketiga (santing)

PSK yang masuk ke dalam kategori ini adalah para perempuan yang menyediakan jasa seks pada para pria hidung belang di lokasi karaoke, bar, restoran, tempat minum teh. Biasanya, para PSK ini bekerja sama dengan pemilik lokasi, dan uang yang didapatkan akan dibagi rata antara PSK dan sang pemilik.

Para perempuan ini juga sering disebut dengan istilah hostes namun dalam bahasa China, kerap disebut sanpei xiaojie (Perempuan yang mengiringi tiga kegiatan). Secara teori, tiga kegiatan ini terdiri dari ngobrol, minum, dan menari bersama klien.

Namun, fakta di lapangan agak berbeda dengan teorinya, karena tiga kegiatan yang kerap dilakukan para perempuan ini adalah menari, minum dan diraba-raba oleh para kliennya. Para perempuan ini biasanya memulai jasa mereka dengan mengizinkan para kliennya untuk meraba dan membelai tubuh mereka

Jika para kliennya sudah semakin menunjukkan ‘hasratnya’ maka aktivitas ini berujung dengan hubungan seksual.

4. Tingkat Keempat (doorbell girls)

PSK yang ini, biasanya menawakan jasanya dengan menelepon kamar dari para pria hidung belang yang sedang menginap di suatu hotel tertentu (yang terkenal menawarkan jasa PSK).

5. Tingkat Kelima (falangmei)

Prostitusi tingkat kelima ini biasanya melibatkan para perempuan yang menawarkan jasa seks kepada kliennya di panti pijat, terapi kesehatan pria, tempat potong rambut, sauna bahkan di tempat fitness pria.

Aktivitas yang paling sering dilakukan di lokasi-lokasi ini adalah praktek mastubasi dan oral sex yang dilakukan para penyedia jasa kepada klien mereka.

6. Tingkat Keenam (jienu)

Para perempuan yang menawarkan jasa seks di jalanan kepada pria hidung belang.

7. Tingkat Ketujuh (xiagongpeng)

Para PSK yang khusus menawarkan jasa seks kepada pekerja kasar yang berada di pedesaan. Dua tingkat terbawah ini kerap masuk karateristik sebagai bisnis haram (jasa seks) yang terus terang tanpa adanya penyamaran atau modus tertentu.

Jienu dan xiagongpeng sama sekali tidak terkait dengan korupsi pemerintah, ataupun di mediasi oleh pihak tertentu. Para perempuan yang terjun ke dalam dua tingkat terendah ini biasanya masuk ke bisnis haram ini bertujuan untuk mencari sedikit uang, sesuap nasi dan rumah untuk keluarganya.

Selain warga China sendiri yang terjerat untuk masuk ke bisnis haram ini, banyak para PSK yang berasal dari negara lain seperti Korea Utara, Korea Selatan. Jepang, dll. Dikabarkan, PSK yang berasal dari Jepang adalah para aktris film porno Negeri Sakura tersebut yang khusus melayani klien para pria China kaya.

Khusus yang berasal dari Korea Utara (Korut) para perempuan ini biasanya menjadi korban dari eksploitasi seks di China demi keluar dari kemiskinan yang mereka alami ketika masih di Korut.

Menurut The Washington Post, sebagaimana dilansir sekira 10 ribu perempuan dilaporkan melarikan diri dari Korut ke China, dan menurut kelompok pemerhati Hak Asasi Manusia (HAM), banyak dari para mereka yang dipaksa menjadi PSK ketika tiba di Negeri Tirai Bambu.

Berdasarkan laporan dari Ji Sun Jeong dari organisasi A Woman Voice Internasional, ia mengatakan, “60 hingga 70 persen, orang-orang yang melarikan diri dari Korut ke China adalah perempuan, dan 70 hingga 80 persen dari para perempuan ini menjadi korban dari penjualan manusia,”.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :