Upload Foto Topless, Akun WNI Diblokir Facebook
JAKARTA – Media sosial Facebook tetap akan memblokir akun milik seorang WNI (warga negara Indonesia) Dea Basori yang juga mahasiswa 23 tahun asal Jakarta. Dea meng-upload foto-foto yang menggambarkan perempuan Indonesia zaman dulu yang berpakaian tradisional tanpa penutup dada alias topless.
Sebelumnya, Dea telah mengumpulkan album foto acara kontes Putri Indonesia 2016 akhir pekan lalu yang menuai sengketa sensor oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Sensor diperlukan untuk mengaburkan bagian kaki dan belahan payudara kontestan yang mengenakan kebaya tradisional Indonesia. Keputusan ini menuai kritik pedas dari netizen, salah satunya Dea.
Dia kemudian memutuskan untuk mengompilasi foto itu dan mengunggah ke Facebook dengan tujuan mendidik tentang apa yang wanita lokal kenakan di masa lalu.
Banyak gambar perempuan topless di awal abad ke-20 (tahun 1900an) yang diunggah. Meskipun hal itu cukup umum bagi wanita di daerah pedesaan di seluruh nusantara.
Setelah 24 jam dia meng-upload foto tersebut, ia menerima tiga ribu komentar dengan 50 laporan konten “telanjang” dan “konten eksplisit” yang membuat akunnya diblokir oleh Facebook.
Sebagaimana yang diwartakan oleh Asia Correspondent, Dea mengatakan keputusan Facebook untuk memblokir akunnya merupakan tindakan yang terlalu keras.
Namun dia tetap berharap dia bisa bernegosiasi dengan perwakilan Facebook untuk mendapatkan akses kembali ke akunnya.
Dia bahkan telah membuat petisi dengan harapan bisa mendapatkan perhatian langsung dari pendiri Facebook, Mark Zuckerberg. Dia meminta dalam petisi dan surat terbuka tersebut, agar Facebook bisa membela kesetaraan gender dan pelestarian sejarah.
Dea berpendapat apa yang ia posting untuk tujuan pendidikan. Seharusnya dalam kasus ini Facebook lebih pemaaf. Terkait hal ini Facebook belum mengeluarkan pendapatnya.
Berikut isi surat terbuka Dea kepada Facebook:
Akun Facebook pribadi saya telah dinonaktifkan karena berbagi foto-foto sejarah perempuan Indonesia. Para wanita kebanyakan topless (telanjang dada), ini sejalan dengan cara tradisional mereka berpakaian.
Saya berbagi foto-foto ini untuk tujuan pendidikan, karena sejarah kita telah dilupakan. Saya mem-posting foto itu untuk mempertanyakan elit konservatif tertentu yang menyensor tubuh perempuan dan menyatakan bahwa mereka ingin melindungi budaya tradisional Indonesia. Tujuan saya adalah untuk menggambarkan bagaimana budaya tradisional.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment