Rahasia Terlarang Surga Bisnis Seks

Prostitusi Turki & Pasar Trafficking Eropa Timur hingga Indonesia

Ilustrasi

SEJAK akhir abad ke-19, Turki sudah marak dengan bisnis seks. Prostitusi atau yang biasa disebut Fuhus di Turki, berkembang pesat di medio 1870an, terutama di kota terbesar di Turki seperti Istanbul. Distrik Beyoglu, bak jadi “surga” bisnis seks di Istanbul, setidaknya hingga 2001.

Prostitusi itu sendiri di Turki dilegalkan pemerintah saat Turki sudah menjadi negara republik modern pada 1923. Pun begitu dengan berdirinya rumah-rumah bordil atau “Genelev”, hingga biro jasa (escort women) atau wanita pendamping.

Seperti yang disebutkan di paragraf pertama, Beyoglu menjadi red-light district atau distrik seks bebas paling ternama di Istanbul. Selama lima dekade, wilayah ini dipegang seorang “mami” asal Armenia, Matild Manukyan.

Bahkan pada 1992 silam, distrik ini punya kontribusi terhadap pemerintah kota dalam bentuk pajak hingga mencapai USD1,2 juta! Akan tetapi ketika Manukyan meninggal pada 2001, perlahan distrik ini seolah mati suri.

Meninggalnya Manukyan juga jadi “kehilangan” tersendiri buat pemerintah kota. Meski rumah-rumah bordil masih ada yang buka, tapi pemasukan pajak tak pernah mencapai jutaan dolar lagi. Terlebih, putra Manukyan, menutup semua properti bisnis seks ibunya.

Adapun para pekerja seks komersial (PSK) “sisa-sisa” dari Distrik Beyoglu di Istanbul, acap mencari tempat-tempat “mangkal” lainnya, seperti di area Aksaray, Karakoy dekat Jembatan Galata, serta sudut jalan Zurafa dan Kadem.

Lebih dari 200 PSK biasa mencari para pria hidung belang atau wisatawan yang ingin pelesiran seks di pinggir-pinggir jalan, serta di belasan rumah-rumah bordil dan biro-biro wanita pendamping.

Kendati dilegalkan pemerintah, bukan berarti prostitusi di Turki dibebaskan tanpa batasan. Para PSK yang ingin mencari nafkah dengan menjajakan seks, harus terdaftar di rumah-rumah bordil atau biro-biro wanita pendamping.

Saat ini, hanya sekira tiga ribu PSK yang bisa memiliki dokumen resmi pemerintah sebagai seorang PSK. Sementara ratusan ribu lainnya terhitung ilegal, seperti mereka yang menjajakan diri di pinggir-pinggir jalan.

Beberapa tahun lalu, Kamar Dagang Ankara (ATO) mencatat, 100 ribu PSK yang ada di Turki masih ilegal, tiga ribu tercatat legal di 56 rumah bordil, 15 ribu tercatat legal oleh Kepolisian Turki, serta 30 ribu PSK masih dalam daftar tunggu dalam mendapatkan dokumen resmi.

Bukan hal mudah pula buat para PSK mendapatkan dokumen resmi. Untuk mendapatkan pengenal atau ID PSK, mereka harus lebih dulu melakukan cek kesehatan reguler.

Tapi di sisi lain, belakangan rumah-rumah bordil tak lagi tersebar secara bebas. Seperti di Ibu Kota Ankara dan Kota Bursa, rumah-rumah bordil banyak yang digusur atas perintah pengadilan, lantaran banyak dari rumah bordil ilegal dan terlibat human trafficking atau perdagangan manusia.

Ya, perdagangan manusia untuk tujuan bisnis seks, sebagaimana di negara-negara lain, jadi problematika buat pemerintah Turki sendiri.

Dalam sebuah laporan UNDOC atau Badan PBB Bidang Narkoba dan Kriminal, Turki disebutkan jadi salah satu pasar PSK atau budak seks ilegal dari negara-negara Eropa Timur pecahan Uni Soviet.

Mereka biasanya diselundupkan ke Turki dari Turkmenistan, Uzbekistan, Armenia, Moldova, Kyrgyzstan, Belarusia, Bulgaria, Ukraina dan bahkan ada yang dari Indonesia. Mereka tersebar tidak hanya di Istanbul, tapi juga Ankara, Bursa, serta Izmir.

Dalam sebuah laporan yang dipaparkan pada 2010 saja, tercatat ada lebih dari lima ribu budak seks ilegal didatangkan para trafficker dari Moldova dan Ukraina.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :